Jalan Tol Ir Wiyoto Wiyono, atau umumnya disebut Jalan Tol Cawang-Tanjung Priok adalah nama salah satu jalan tol di Jakarta. Jalan tol ini merupakan bagian dari rangkaian Tol Dalam Kota (Jakarta Inner Ring Road atau JIRR) yang mengitari pusat kota Jakarta.
Tol ini seluruhnya berupa jalan layang. Ini karena di bawah jalan tol ini ada jalan besar yang merupakan jalan poros ibukota.
Tol ini dinamakan menghormati Ir Wiyoto Wiyono, Msc salah seorang insinyur yang terlibat dalam pembangunan jalan ini.
Tol ini dibangun mulai tahun 1987, untuk mengatasi kondisi lalu lintas Jakarta yang saat itu sudah macet.
Banyak gedung pemerintahan maupun swasta yang terletak di samping jalan tol ini, antara lain adalah Direktorat Jenderal Bea Cukai, Sekretariat Mahkamah Agung, Universitas Terbuka, Kantor Camat Jatinegara, ITC Cempaka Putih, Gudang Garam, Transmat Carrefour dan sebagainya.
Tol dengan panjang 15 km ini memiliki gerbang tol di Cawang (terusan dari tol Jagorawi dan Jakarta Cikampek), Kebon Nanas, Pedati, Jatinegara, Rawamangun, Pulomas, Cempaka Putih, Sunter, Podomoro, Plumpang dan Pondok Bambu. Di utara tol ini bersambung dengan tol Akses Priok dan Tol Pelabuhan yang menghubungkan Pluit dan Tanjung Priok.
Pada jam puncak pulang dan masuk kantor, jalan tol ini kerap macet. Begitupun jalan di bawahnya. Tol ini memang sangat ramai, sehari bisa 250 ribu sampai 300 ribu mobil melintas diatasnya.
Jalan tol ini dibangun dengan cara unik. Karena dibawahnya dari awal adalah jalan poros penting, tidak mungkin dibangun tiang pemancang dan bahu beton penyangganya fengan menutup jalan sepenuhnya. Akhirnya digunakan cara mengecor bahu jalan dengan bentuh searah jalan di jalur tengahnya, sehingga hanya menutup sebagian jalan saja. Lalu bahu jalan tol ini diputar 90 derajat sehingga membentang di jalan dan dapat dibangun tol diatasnya. Ide pembangunan ini dicetuska oleh insinyur dari Bali, Tjokorda Raka Sukawati. Metode ini disebut Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH) yang oleh presiden Suharto diberi nama Sosrobahu.