Menjadi ibu yang baik untuk seorang anak, perlu didukung oleh dua sikap yang paling mendasar yaitu diantaranya :
- Mampu berdamai dengan dirinya sendiri ----------- Psikologi yang demikian akan mampu menciptakan sikap yang tenang dan mampu berfikir jernih ketika menghadapi segala bentuk cobaan hidup. Karena dalam berbagai kasus, anak selalu menjadi pelampiasan amarah orang tua ketika mengalami kegagalan. Untuk beberapa kondisi, misalkan anak telah dewasa, mungkin hal ini tidak terlalu menjadi masalah. Namun jika anak masih tergolong di usia labil, hal ini akan cukup membawa dampak buruk ke masa depannya.
- Mampu memegang kendali atas emosi anak yang masih bergejolak ------------- Memegang kendali itu bukan berarti menentukan setiap keputusan dan memaksakan keputusan kita kepada anak, namun lebih cenderung pada pemberian arahan dan pencerahan. Sebagai seorang ibu, harus tahu kebutuhan anaknya dan mampu memfasilitasi hal tersebut sehingga anak dapat belajar dari arahan yang diberikan oleh ibunya. Hal ini bukan berarti bahwa menjadi seorang ibu harus bisa segalanya, namun menjadi seorang ibu harus paling tidak mampu membantu anaknya belajar dan tumbuh menjadi manusia yang kelak akan hidup mandiri. Oleh karenanya seorang ibu juga tidak perlu terlalu memanjakan anaknya hanya dengan alasan bahwa telah mengandungnya selama 9 bulan lamanya, yaitu misal dengan membiarkan anaknya melakukan kesalahan yang memungkinkan dampak dari sikapnya itu akan membahayakan diri sang anak atau orang lain. Hal ini dilakukan demi kebaikan sang anak di masa depannya jika kelak ibu tidak dapat lagi mendampinginya. Selain arahan, seorang ibu biasanya memiliki hubungan yang lebih dekat dengan anak-anaknya terutama tentang permasalahan hati dan perasaan (masa puber anak). Jadi menjadi seorang ibu yang baik, maka akan sangat dibutuhkan sifat yang mau mendengarkan, memaafkan dan memahami orang lain.
Dengan sikap dasar dari seorang ibu yang demikian bukan berarti akan sepenuhnya menentukan masa depan sang anak, karena dalam hidupnya masih banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, seperti peran sang ayah, saudara, teman, lingkungan sekolah, guru, dan lain-lain. Namun setidaknya anak akan lebih sering melihat ibu sebagai orang pertama yang akan di jumpai saat bangun tidur hingga kembali akan tidur.