Ngomong-ngomong kamu suka olahraga apa? Kalau saya sih suka banget sama olahraga bulutangkis.
Bagiku, dunia bulutangkis itu menarik, selain juga para atletnya yang ganteng dan cantik-cantik. Bulutangkis Indonesia juga cukup terkenal di mata dunia, bahkan bisa dibilang menjadi kiblat bulutangkis dunia.
Kira-kira siapa lawan terkuat Indonesia? Banyak yang mengatakan, bahwa jika kamu orang Indonesia dan ingin sukses sebagai seorang atlet, maka jadilah pemain bulutangkis.
Kata-kata itu memang wajar saja untuk diungkapkan, termasuk oleh para warganet yang maha benar. Karena berdasarkan sejarah dan prestasi, Indonesia menjadi salah satu negara tersukses di dunia tepok bulu tersebut.
Banyak prestasi membanggakan yang berhasil diraih oleh para atlet Tanah Air, bahkan di antara mereka ada yang menjadi atlet bulutangkis terkaya di dunia. Tahu siapa pemain itu?
Oh ya, kita tidak akan membahas atlet terkaya di olahraga yang satu ini. Jadi cukup untuk selingan informasi saja.
Kembali ke topik yang sebelumnya, bicara soal prestasi, sampai sejauh ini Indonesia masih menjadi negara dengan gelar juara Thomas Cup terbanyak. Thomas Cup sendiri adalah kejuaraan bulutangkis beregu paling bergengsi di dunia, di mana Indonesia berhasil meraih 13 kali gelar juara, dan diurutan kedua ada nama China yang meraih 10 gelar juara.
www.idntimes.com
Menterengnya prestasi Indonesia di dunia bulutangkis juga tidak lepas dari perjuangan para atlet. Sampai sejauh ini Indonesia bisa dibilang tidak pernah kering akan bibit-bibit unggul dalam bulutangkis, yang di mana setiap tahun pasti ada saja pemain muda Indonesia yang mulai bersinar.
Bahkan dulu sempat ada seorang pemain berusia 14 tahun bernama Mia Audina yang menjadi penentu kemenangan Indonesia di Piala Uber edisi 1994 yang lalu. Dengan usia semuda itu, dia berhasil mengharumkan nama bangsa, dan waktu berusia 14 tahun kamu masih main apa?
Mia Audina
www.afp.com
Namun sayang, kemudian Mia harus meninggalkan Indonesia dan berganti kewarganegaraan 5 tahun kemudian, setelah ikut suaminya yang merupakan warga negara Belanda. Mia yang kala itu masih dianggap sebagai pemain ajaib di dunia bulutangkis pun mulai membela Belanda di berbagai ajang resmi.
Dia pernah menyumbangkan medali perak untuk Belanda di sektor tunggal putri pada Olimpiade Athena 2004. Tak ayal, hal ini memantik kontroversi.
Karena memang saat itu Indonesia sebenarnya masih membutuhkan jasanya, namun Mia justru harus meninggalkan Tanah Air untuk membela Belanda. Padahal secara prestasi, Indonesia tentunya masih jauh lebih unggul ketimbang Belanda, dan Mia masih dianggap sebagai salah satu pemain penting untuk bulutangkis Indonesia kala itu.
Padahal banyak atlet lainnya yang ingin membela Indonesia di ajang bulutangkis dunia. Mereka pun sampai rela mati-matian latihan keras demi membela Indonesia, namun Mia justru dengan mudahnya meninggalkan Tanah Air.
Tapi Mia juga tidak sendiri, karena ada 6 atlet bulutangkis lainnya yang cukup kontroversial. Anggapan itu muncul karena mereka juga memilih membela negara lain, karena sulitnya untuk menjadi pemain timnas Indonesia di dunia bulutangkis.
Tony Gunawan
www.bbc.com
Tony Gunawan juga termasuk salah satu atlet yang menuai kontroversi. Tahu kenapa alasannya?
Tony, lahir di Surabaya 43 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 9 April 1975. Pria bertinggi 1,75 cm itu sempat digadang-gadang menjadi salah satu pemain putra terbaik Indonesia di bulutangkis.
Memang anggapan itu tidak berlebihan, karena memang Tony sempat berhasil meraih medali emas di ganda campuran Olimpiade Sydney tahun 2000 yang lalu, berpasangan dengan Candra Wijaya. Bukan hanya itu, Tony juga sempat berhasil meraih medali emas di Kejuaraan Dunia pada tahun 2001 silam, juga berpasangan dengan Candra.
Namun Tony kemudian memilih untuk pindah kewarganegaraan dengan meninggalkan status WNI dan beralih menjadi warga negara Amerika Serikat.
Diketahui Tony memilih pindah ke Amerika Serikat karena faktor kesejahteraan. Bersama bendera Amerika Serikat, Tony berhasil meraih medali emas di Kejuaraan Dunia 2005 silam, berpasangan dengan Howard Bach.
Lebih menyakitkannya lagi, pasangan Tony/Howard berhasil meraih medali emas di Kejuaraan Dunia 2005 dengan mengalahkan pasangan Indonesia, Candra Wijaya/Sigit Budiarto. Sungguh menyakitkan.
Kalau kamu betah gak di Indonesia? Apa ingin mengikuti jejak Tony untuk pindah kewarganegaraan?
Fung Permadi
sports.okezone.com
Bagi kamu yang lahir di tahun 1995 ke atas pasti tidak kenal dengan pemain yang satu ini. Karena Fung Permadi adalah pemain bulutangkis yang berjaya di sekitar tahun 90’an, yang lahir di Purwokerto pada 30 Desember 1967.
Fung diketahui meninggalkan status WNI dan beralih menjadi warga negara Taiwan karena faktor sulitnya persaingan di pelatnas. Karena kala itu dirinya harus bersaing dengan pemain-pemain top di sektor tunggal seperti Ardi Wiranata, Joko Suprianto, serta Hariyanto Arbi.
Keputusannya untuk membela bendera Taiwan pun berbuah hasil, di mana dirinya telah beberapa kali berhasil meraih gelar bergengsi. Mulai dari German Open, Swiss Open, hingga meraih medali emas di Kejuaraan Dunia 1996 yang lalu.
Selama kariernya, ranking tertingginya adalah menempati urutan ke-2 dunia. Bayangkan bagaimana ngerinya kekuatan bulutangkis Indonesia di era 1990, pemain dengan peringkat 2 dunia pun menganggap bahwa dirinya sulit bersaing masuk ke pelatnas.
Yohan Hadikusumo
www.pbdjarum.org
Yohan Hadikusumo adalah pemain bulutangkis asal Surabaya kelahiran 6 April 1977. Dia merupakan adik ipar dari pemain bulutangkis putri ternama Indonesia, Susy Susanti, kenal kan dengan dia?
Di awal kariernya sebagai pemain bulutangkis, Yohan diketahui sempat masuk ke pelatnas Cipayung, yang menjadi tempat berkumpulnya para atlet terbaik di dunia bulutangkis. Namun karena ketatnya persaingan, Yohan memilih untuk mundur dan mengganti kerwarganegaraannya ke Hong Kong.
Bersama Hong Kong, Yohan berhasil meraih beberapa gelar bergengsi, salah satunya adalah Filipina Open 2006. Namun kemenangan itu terasa menyakitkan untuk publik Indonesia, setelah di final dirinya yang berpasangan dengan Albert Susanto Njoto berhasil mengalahkan pasangan Indonesia di sektor ganda putra, Hendra Aprida Gunawan/Joko Riyadi.
Bagaimana perasaanmu kalau melihat kemenangan mereka di Filipina Open 2006?
Danny Bawa Crisnata
www.zimbio.com
Kemudian ada nama pemain kelahiran Salatiga pada 30 Desember 1988, yakni Danny Bawa Crisnata. Saat ini Danny memutuskan untuk menjadi warga negara Singapura, yang notabene adalah negara tetangga Indonesia.
Bersama bendera Singapura, Danny sempat meraih gelar juara di Macau Open (2014) dan Malaysia Masters (2014), yang keduanya sama-sama berpasangan dengan Chayut Triyachart di sektor gandang putra. Sementara saat bermain di sektor ganda campuran, prestasi terbaik Danny adalah menjadi juara Belanda Open pada tahun 2013, berpasangan dengan Vanessa Neo.
Padahal prestasi Danny bersama Indonesia juga terbilang cukup baik, karena dia juga sempat berpasangan dengan Debby Susanto di ganda campuran. Kalau kamu mending pilih mana, Indonesia atau Singapura?
Setyana Mapasa
bwfbadminton.com
Setyana Mapasa adalah perempuan cantik kelahiran Minahasa, Indonesia. Setyana Mapasa pernah menjadi bagian dari Indonesia di Kejuaraan Dunia Junior 2012, yang kala itu juga diperkuat oleh Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Namun itu lah karier terakhirnya bersama Indonesia, sebelum akhirnya Setyana menghilang dari peredaran. Dia diketahui menderita cedera lutut yang cukup parah.
Kembali dari cedera, Setyana memutuskan untuk menjadi warga negara Australia. Ia pun membela Australia di sektor ganda campuran bersama dengan pebulutangkis cantik, Gronya Sommerville.
Kabarnya sih Setyana pindah menjadi warga negara Australia karena keluarganya banyak yang menjadi warga negara di sana.
Taufik Hidayat Akbar
duaribuan.wordpress.com
Nah ini dia yang terakhir, Taufik Hidayat. Tapi bukan Taufik Hidayat yang ganteng itu loh ya, melainkan Taufik Hidayat Akbar.
Kalau kesetiaan Taufik Hidayat bersama Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Karena Taufik pernah mengharumkan nama Indonesia dengan menjadi juara di Olimpiade Athena 2004, dan sampai dia pensiun pun masih tetap setia bersama Indonesia.
Sementara Taufik Hidayat Akbar menuai kontroversi karena memilih untuk menjadi warga negara Italia. Padahal Taufik Hidayat Akbar pernah masuk ke pelatnas Cipayung pada periode 2001-2004 silam.
Namun karena dianggap kalah bersaing, dia memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan melanjutkan kariernya di Italia.
Kesimpulan
Banyak faktor yang membuat seorang pemain bulutangkis meninggalkan Indonesia dan memilih untuk menjadi warga negara lain, demi mengembangkan kariernya. Mia Audina adalah salah satu atlet tunggal putri yang bisa dibilang sangat membanggakan Indonesia di usia mudanya.
Namun kemudian dia memilih untuk bermain bersama Belanda, demi mengikuti jejak suami. Hal itu pun membuktikan bahwa keberhasilan untuk membela Indonesia di level bulutangkis dunia tidak menjamin bagi seseorang untuk tetap setia kepada Tanah Air.
www.indosport.com
Sementara untuk Tony Gunawan, dia memilih pindah ke Amerika Serikat demi alasan kesejahteraan. Untuk Fung Permadi, Yohan Hadikusumo, Danny Bawa Crisnata, dan Taufik Hidayat Akbar, memilih keluar dari Indonesia karena alasan ketatnya persaingan di pelatnas Cipayung.
Untuk Septyana Mapasa, dia memilih untuk menjadi warga negara Australia karena alasan keluarga.
Nah, itulah 7 Atlet bulutangkis Indonesia yang kontroversial karena berpindah kewarganegaraan atau memilih membela tim bulutangkis dari negara lain. Artikel ini saya tulis berdasarkan kecintaan saya terhadap dunia bulutangkis.
Sehingga saya cukup mengerti benar bagaimana seluk beluk bulutangkis Indonesia. Ditambah dengan beberapa informasi dari laman terpercaya, jadilah artikel seperti di atas.