Suka bulutangkis gak? Sebagai warga negara Indonesia, sepertinya hampir semua orang suka dengan olahraga yang satu ini.
Tahu sendiri, Indonesia adalah salah satu kiblat bulutangkis di dunia. Bahkan saya sendiri suka dengan bulutangkis setelah terinspirasi dari banyaknya atlet Indonesia yang berhasil merajai olahraga ini.
Tahu gak siapa saja atlet-atlet bulutangkis berprestasi Indonesia?
Sudah deh gak usah disebutin, saya jamin kamu akan kualahan menyebutkan atlet bulutangkis Indonesia yang berprestasi di dunia. Saya jamin kamu juga tidak akan hafal semua atlet bulutangkis Indonesia yang berprestasi, karena memang saking banyaknya.
Tapi kalau berbicara soal atlet bulutangkis Indonesia yang berprestasi, akhir-akhir ini nama yang melambung adalah Liliyana Natsir. Kenal kan sama dia?
Perempuan berusia 33 tahun asal Manado, Sulawesi Utara ini dikenal sebagai ratu bulutangkis Indonesia. Namanya juga ratu, pasti banyak prestasi yang sudah diraih oleh Ci Butet, panggilan akrab Liliyana.
- Spesialis Nomor Ganda
sport.tempo.co
Liliyana memiliki spesialis di nomor ganda, entah itu ganda putri atau pun ganda campuran, yang jelas bukan ganda putra. Meskipun dia lebih dikenal sebagai ratu di ganda campuran, namun jangan pernah sepelekan kehebatan Liliyana di ganda putri.
Ketika bermain di nomor ganda putri, Liliyana pernah dipasangkan dengan Vita Marissa, dan berhasil meraih beberapa gelar bergengsi. Salah satu gelar yang paling dikenang adalah keberhasilan Liliyana meraih medali emas di nomor ganda putri SEA Games 2007 yang lalu.
Dengan maksud memaksimalkan kemampuan Liliyana, sang pelatih kemudian menempatkan Liliyana di nomer ganda campuran. Prestasi pertama yang paling berkesan bagi Liliyana di nomor ganda campuran adalah ketika berpasangan dengan Nova Widianto.
Kala itu mereka dua kali berhasil masuk ke final Kejuaraan Dunia Bulutangkis. Setelah gagal di final pertama pada tahun 2005, duet Liliyana/Nova kemudian berhasil meraih medali emas di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2006 di China.
badmintonprofil.blogspot.com
Kemudian setelah Nova memutuskan pensiun, pelatih memasangkan Liliyana dengan Tontowi Ahmad. Kehebatan Liliyana pun tidak menurun setelah lepas dari Nova, justru bersama Tontowi dia berhasil meraih lebih banyak gelar bergengsi.
Prestasi yang paling membanggakan bagi duet Liliyana/Tontowi adalah ketika mereka berhasil meraih medali emas di sektor ganda campuran Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 2016 yang lalu.
www.boombastis.com
Tentunya meraih medali emas Olimpiade adalah prestasi puncak dari seorang atlet, mengingat hanya atlet terbaik yang mengikuti multievent olahraga terbesar di dunia ini. Terlebih Olimpiade juga hanya digelar selama empat tahun sekali.
Bersama Vita, Nova, dan Tontowi, Liliyana telah berhasil meraih 23 gelar bergengsi. Jumlah yang bukan main-main, dan gelar yang sangat lengkap untuk seorang pemain bulutangkis.
- Liliyana Natsir Pensiun
www.socialnews.xyz
Namun sayang, kini Liliyana telah memutuskan pensiun dari dunia bulutangkis profesional yang telah membesarkan namanya. Turnamen terakhirnya terjadi di Daihatsu Indonesia Masters 2019, di mana dirinya berhasil lolos hingga ke partai puncak.
Akan tetapi sayang beribu sayang, Liliyana/Tontowi kalah di partai final oleh pemain China, Zheng Siwei/Huang Yaqiong dengan skor 21-19, 19-21, dan 16-21. Skor yang sebenarnya sangat menyakitkan!
Kekalahan itu membuat Liliyana gagal mengakhiri kariernya dengan hasil yang manis. Karena dia hanya berhak meraih medali perak di penghujung kariernya.
Oh ya, meskipun sudah mengoleksi begitu banyak gelar, namun siapa sangka jika ada 3 turnamen yang gagal ditaklukkan oleh Liliyana. Seakan-akan 3 turnamen ini selalu membawa sial kepada Liliyana, sehingga dia sulit untuk memenangkannya.
Namun saya rasa bukan karena faktor permainan yang buruk, melainkan faktor keberuntungan yang belum berpihak kepada Liliyana. Karena percayalah, terkadang faktor keberuntungan ikut berperan dalam olahraga.
Ngomong-ngomong turnamen mana yang gagal ditaklukkan oleh Liliyana? Nah, ini dia jawabannya.
Asian Games
Meskipun pernah meraih medali emas di Olimpiade, namun Liliyana justru ketiban apes di Asian Games. Bahkan pada gelaran Asian Games terakhir yang dihelat di Indonesia, Liliyan juga gagal menaklukkan multieven yang satu ini.
Di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, Liliyana harus puas terhenti di babak semi-final. Dia harus menyerah dari pasangan China, Zheng Siwei/Huang Yaqiong dengan skor 13-21 dan 18-21.
Nampaknya Zheng Siwei/Huang Yaqiong memang menjadi momok bagi Liliyana, mengingat mereka lah yang juga merusak salam perpisahan Liliyana dari bulutangkis dengan mengalahkannya di final Daihatsu Indonesia Masters 2019.
Sejauh ini prestasi terbaik Liliyana adalah meraih medali perak di Asian Games 2014, Busan, Korea Selatan. Pada edisi itu dia yang juga berpasangan dengan Tontowi berhasil lolos hingga ke partai final, sebelum dikalahkan oleh Zhang Nan/Zhao Yunlei dengan skor 16-21 dan 14-21.
Menurutmu apa yang salah dari Liliyana ketika bermain di Asian Games?
BWF Super Series Finals/World Tour Finals
Sama seperti tenis, di bulutangkis juga ada World Tour Finals. Turnamen ini hanya diikuti oleh para pemain bulutangkis dengan koleksi poin tertinggi yang dihitung dari awal hingga akhir tahun.
Meskipun memiliki ranking yang tinggi, seorang pemain tidak mendapat jaminan untuk bermain di BWF Super Series Finals. Karena untuk bermain di sana para atlet harus memiliki permainan yang konsisten dari awal hingga akhir tahun.
Jadi gak heran, kalau memenangkan turnamen ini adalah hal yang sangat sulit. Bagaimana gak sulit, pesertanya saja para pemain yang tengah on fire.
Nah, hingga di penghujung kariernya, Liliyana juga belum mampu menaklukkan kejuaraan yang satu ini. Pada tahun 2018 ini, Liliyana yang sudah jarang mengikuti turnamen bulutangkis gagal lolos ke BWF Super Series Finals, karena poinnya masih kalah dengan para pemain lainnya.
Pada turnamen ini Indonesia diwakili oleh Hafiz/Gloria Emanuelle Widjaja di sektor ganda campuran. Sementara mereka juga gagal menembus hingga partai puncak, bahkan lolos ke babak semi-final pun mereka tak sanggup.
Langkah Hafiz/Gloria Emanuelle Widjaja harus terhenti di babak penyisihan grup, setelah menelan dua kali kekalahan dan hanya meraih satu kali kemenangan.
Piala Uber
Piala Uber memang belum lagi kembali ke pangkuan Indonesia sejak tahun 1996 silam. Pada tahun itu, Indonesia berhasil meraih Piala Uber setelah mengalahkan China dengan skor 4-1 di partai puncak.
Buruknya regenerasi di sektor putri membuat Indonesia terpontang-panting di turnamen beregu putri tersebut. Sejauh ini China menjadi negara yang paling mendominasi Piala Uber, dengan koleksi 14 gelar juara.
Jauh berada di atas Indonesia, yang sepanjang sejarah hanya mampu meraih tiga kali gelar juara Piala Uber. Nah, kejuaraan beregu putri ini menjadi satu dari tiga turnamen yang belum mampu ditaklukkan oleh Liliyana.
Meskipun spesialisnya berada di sektor ganda campuran, namun Liliyana juga pernah turun di Piala Uber dengan mengisi sektor ganda putri. Liliyana tercatat tiga kali mengikuti Piala Uber, masing-masing pada tahun 2004, 2008, dan 2010 yang lalu.
Pada ketiga edisi itu, Indonesia gagal meraih gelar juara. Pada tahun 2004 dan 2008 Piala Uber dimenangken oleh China, sementara pada tahun 2010 piala itu berhasil digondol oleh Korea Selatan.
Kesimpulan
Liliyana terbilang sebagai atlet dengan gelar juara yang komplit. Dia pun pernah menjuarai Kejuaraan Dunia Bulutangkis hingga Olimpiade 2016 Rio de Jeneiro.
Hingga pensiun di Daihatsu Indonesia Masters 2019, Liliyana setidaknya telah mengumpulkan 23 gelar juara bergengsi. Meskipun banyak yang menganggap bahwa koleksi gelar Liliyana di dunia bulutangkis sangat lengkap, namun pada kenyatannya tidak semua gelar pernah dimenangkan oleh Liliyana.
kompas.com
Pemain asal Manado ini tercatat selalui menemui kesialan di tiga turnamen. Pertama adalah Asian Games, kemudian BWF Super Series Finals/World Tour Finals, dan Piala Uber.
Meskipun demikian, Liliyana tetaplah layak disebut sebagai atlet bulutangkis putri terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Liliyana juga layak disebut sebagai legenda besar bulutangkis Indonesia, sejajar dengan Lim Swie King, Hariyanto Arbi, Alan Budikusuma, Susi Susanti, dan Taufik Hidayat.
Apakah kamu juga setuju dengan anggapan tersebut?
Saya menulis artikel ini karena memang saya adalah salah satu pecinta bulutangkis Indonesia. Saya juga selalu menyaksikan siaran langsung bulutangkis di layar kaca, termasuk di ajang Daihatsu Indonesia Masters 2019 yang lalu.
Saya pun mengetahui detik-detik Liliyana mengucapkan salam perpisahan pada para pecinta bulutangkis Indonesia dengan berlinang air mata. Kemudian saya juga melihat bagaimana permainan terakhir dari Liliyana pada turnamen tersebut, dan dari permainannya saya rasa memang dia layak disebut sebagai ratu dan legenda bulutangkis Indonesia.