  Masuk | Daftar

  1. Halaman Utama
  2. 
  3. Olahraga
  4. 
  5. Sepak Bola
  6. 

Naturalisasi, Solusi Jangka Pendek yang Menghancurkan Sepak Bola Indonesia

15/03/2019
Sampai saat ini prestasi sepak bola Indonesia tak kunjung membaik. Justru bisa dibilang kini sepak bola Indonesia semakin busuk, terutama setelah terbongkarnya praktik pengaturan skor yang ternyata sudah lama terjadi, dan secara perlahan-lahan merusak sepak bola Indonesia.

Prestasi Indonesia di kancah internasional tentunya tak sebanding dengan fanatisme dan loyalitas yang ditunjukkan oleh pendukung Timnas Indonesia. Mereka rela meluangkan waktu dan tenaganya hanya untuk mendukung Timnas Indonesia, melihat Tim Garuda berjaya di laga internasional.

Meskipun dukungan terus mengalir, namun sampai saat ini tidak ada prestasi yang mampu dibanggakan dari Timnas Indonesia. Paling mentok adalah keberhasilan para pemain Timnas Indonesia di kelompok umur juara Piala AFF.

Nah, untuk mengakali hal tersebut, PSSI menerapkan kebijakan untuk menaturalisasi pemain asing. Dengan adanya naturalisasi, maka Timnas Indonesia akan memiliki pemain lokal dengan kualitas impor di dalam skuatnya.

Keberadaan para pemain naturalisasi di dalam skuat Timnas Indonesia juga membawa perubahan yang cukup signifikan. Tidak hanya itu, keberadaan pemain naturalisasi juga akan menguntungkan klub.



bola.com



Tahu kenapa alasannya? Karena mereka bisa memiliki pemain lokal rasa impor jika berhasil merekrut para pemain naturalisasi.

Oleh sebab itu, kini pemain naturalisasi mulai banyak mewarnai sepak bola Indonesia. Pada Liga 1 2018 yang lalu, setidaknya ada lima pemain asing yang berhasil mendapatkan paspor Indonesia melalui jalur naturalisasi.

Kondisi yang sama nampaknya akan kembali terjadi pada musim 2019 kali ini. Karena saat artikel ini ditulis, bek kawakan Madura United asal brasil, Fabiano Beltrame disebut akan segera memperoleh status sebagai warga negara Indonesia atau WNI.

Sementara itu, bek Persebaya Surabaya asal Brasil, Otavio Dutra yang telah dinaturalisasi terlebih dahulu juga telah dipastikan menjadi bagian dari Timnas Indonesia yang akan menjalani laga internasional pada bulan Maret ini.

Gelandang PSM Makassar asal Belanda, Marck Klok, kini dia juga mengakui bahwa proses naturalisasinya akan segera selesai. Selain ketiga pemain tersebut, ada juga tiga pemain asing lainnya yang tengah mengurus proses administrasi untuk keperluan naturalisasi.

Ketiga pemain itu adalah Yoo Jae-hoon, Yoo Hyun-koo, dan Silvio Escobar. Jika mereka benar-benar dinaturalisasi, bisa dipastikan bahwa sepak bola Indonesia akan semaki banyak diwarnai oleh pemain asing berpaspor Indonesia.

Namun apakah itu akan menguntungkan bagi sepak bola Indonesia? Awalnya saya pun mengira demikian.

Tapi asalkan kalian tahu, naturalisasi justru hanya akan merusak sepak bola Indonesia. Naturalisasi hanyalah solusi jangka pendek atas macetnya prestasi Timnas Indonesia, namun tidak untuk jangka panjang.

Dulu, Naturalisais Dilakukan Karena Indonesia Kekurangan Striker Berkelas


goadvert.blogspot.com



Gelombang naturalisasi dimulai pada tahun 2010 yang lalu. Kala itu PSSI membantu striker asal uruguay, Cristian Gonzales untuk mendapatkan paspor Indonesia.

Gonzales dinilai sebagai pemain yang pas untuk menjawab mandulnya lini depan Timnas Indonesia. Karena banyak yang mengatakan bahwa keringnya prestasi Indonesia di kancah internasional tak lepas dari buruknya kualitas para striker lokal.

Oleh sebab itu, Gonzales dinaturalisasi dan dimainkan di Piala AFF 2010. Namun apa, Indonesia juga gagal di Piala AFF 2010.

Tahu kan kamu, apa prestasi Indonesia pada Piala AFF 2010?

Setelah Gonzales, PSSI masih tak pernah puas untuk menaturalisasi striker asing.

Setidaknya ada enam striker asing yang menyusul Gonzales untuk mendapatkan pasor Indonesia. Mereka adalah Greg Nwokolo, Jhon van Beukeuring, Beto Goncalves, Ilija Spasojevic, Sergio van Dijk, dan Ezra Walian.

Namun apa hasilnya? Timnas Indonesia juga tak kunjung berprestasi di kancah internasional.

Striker lokal rasa impor sudah melimpah, lantas apa yang kurang dengan Timnas Indonesia?

Sekarang Indonesia Miskin Bek Tengah Berkualitas


jawapos.com



Pemain naturalisasi memang menjadi solusi jangka pendek. 

Timnas Jepang, yang kini disebut sebagai raja Asia, mereka juga pernah menaturalisasi pemain asing asal Brasil, Ruy Ramos pada tahun 1989. Kala itu Jepang terpaksa menaturalisasi Ramos, karena sepak bola mereka masih minim prestasi.

Pun demikian dengan Singapura dan Filipina, yang menaturalisasi pemain demi meraih mimpi untuk berjaya di Piala AFF. Singapura kemudian berhasil meraih 4 kali gelar juara Piala AFF.

Akan tetapi tidak selamanya naturalisasi pemain asing akan menguntungkan Timnas Indonesia, terlebih membawa Indonesia lebih berprestasi di kancah internasional. 

Lihat saja, bagaimana banyaknya striker naturalisasi yang pernah menghiasi lini depan Timnas Indonesia. Namun tak ada satu pun yang berhasil mempersembahkan gelar juara untuk Tim Garuda.

Kini, Timnas Indonesia mulai mengalihkan perhatiannya pada sektor bek tengah. 

Kabar dinaturalisasinya Fabiano dan Dutra jelas akan menjadi mimpi buruk bagi para bek tengah lokal Indonesia. Terlebih masih ada barisan bek tengah naturalisasi lainnya semacam Onorionde K. John, Mahamadou Alhadji, Bio Paulin, dan Victor Igbonefo.



goal.com



Jelas, kehadiran mereka di sepak bola Indonesia akan menghambat munculnya para bek lokal berkualitas asli Indonesia. Karena klub-klub juga akan lebih memilih untuk menggunakan jasa pemain naturalisasi, di mana mereka bisa menggunakan pemain lokal rasa impor.

Memang itu suatu keuntungan sendiri untuk klub. Namun tidak untuk sepak bola Indonesia di masa depan.

Lihat saja, saat ini Timnas Indonesia kekurangan bek tengah yang berkualitas. Hampir di setiap turnamen besar, pelatih Timnas Indonesia selalu mengandalkan duet Hansamu Yama dan Fachrudin Ariyanto.

Memang Hansamu kini masih berada di usia matang, namun tidak dengan Fachrudin. Karena kini bek milik Madura United itu sudah berusia 30 tahun.

Minimnya bek tengah lokal yang berkualitas itu lah yang mendasari pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy memanggil Dutra untuk memperkuat Tim Garuda.










Karena di skuat tim juara Liga 1 2018, Persija Jakarta, mereka saja mengandalkan Maman Abdurahman, yang kini sudah berusia 36 tahun. Untuk PSM Makassar, kini mereka mengandalkan Abdul Rahman yang sudah berusia 30 tahun untuk menjaga lini pertahanan.

Begitu juga dengan Arema FC, yang masih mengandalkan Hamka Hamzah, kendati usianya sudah berada di angka 35 tahun. Di Persipura Jayapura, mereka mengandalkan pemain gaek berusia 35 tahun, Ricardo Salampessy untuk bermain di bek tengah.

Memang benar, Indonesia masih memiliki bek tengah berusia muda seperti Andy Setyo, Nurhidayat, Rifad Marasebessy, Rachmat Irianto, atau Indra Mustafa, yang bermain untuk Timnas Indonesia U-22 dan U-19.



afp.com



Namun tetap saja, pemain muda yang berkualitas tidak akan berkembang secara maksimal jika mereka hanya bersaing di kelompok umur. Mereka tetap membutuhkan jam terbang di kompetisi untuk terus mengasah kemampuan mereka di setiap pekannya.

Akan tetapi bagaimana mereka bisa berkembang, jika klub-klub peserta Liga 1 lebih memilih untuk menggunakan jasa pemain asing atau bahkan pemain naturalisasi. 

Lagi pula, bermain hebat di kelompok umur juga tak menjamin mereka akan menjadi pemain bintang di masa depan. Lihat saja nama-nama seperti Dimas Drajad, Febly Gushendra, Muchlis Hadi, hingga Dimas Sumantri, yang tenggelam usai mengantarkan Timnas Indonesia U-19 juara Piala AFF U-19 2013 yang lalu.

Banyak Pemain Asing yang Dinaturalisasi untuk Kepentingan Klub


kompas.com



Padahal sebelumnya naturalisasi pemain dilakukan untuk mengangkat prestasi Timnas Indonesia.

Namun hal itu sudah mulai bergeser, karena kini banyak pemain asing yang dinaturalisasi hanya untuk kepentingan klub, bukan untuk negara atau Timnas Indonesia. Sudah banyak contohnya, lihat saja bagaimana Diego Michiels, Esteban Vizcarra, Kim Kurniawan, Tonnie Cussel, atau Sergio Van Dijk, yang minim caps bersama Timnas Indonesia setelah dinaturalisasi.

Jelas, bahwa minimnya caps mereka bersama Timnas Indonesia menunjukkan bahwa memang jasanya tidak terlalu dibutuhkan oleh timnas. Mereka dinaturalisasi hanya untuk kepentingan klub.

Karena dengan demikian, maka klub-klub tempat mereka bermain bisa menambah kuota pemain asing. Mereka tak lagi memusingkan regulasi penggunaan pemain asing di Liga 1, yang di musim lalu menggunakan aturan 3 pemain asing berpaspor bebas dan 1 pemain asing berpaspor Asia.

Dengan merekrut pemain naturalisasi, berarti klub Liga 1 bisa menggunakan jasa pemain berkualitas impor tanpa harus mengurangi kuota pemain asing.

Jika itu terjadi, jelas saja para pemain lokal Indonesia akan kesulitan untuk berkembang. Kompetisi pun tak lagi bermuara kepada Timnas Indonesia.



antarafoto.com



Padahal sejatinya kompetisi dijalankan untuk mengasah kemampuan para pemain lokal agar siap bersaing di kancah internasional ketika membela Timnas Indonesia. 

Nah, untuk mencegah hal-hal itu terjadi, setidaknya ada 2 hal yang bisa dilakukan.

Pertama, klub-klub peserta kompetisi jangan terlalu ambisius untuk memenangkan kompetisi, sehingga mereka melupakan pembinaan dan memilih cara instan untuk merekrut pemain asing. Karena keberhasilan suatu klub tidak harus ditentukan dengan sebuah gelar juara.

Lihat saja bagaimana Southampton, Athletic Bilbao, dan Borussia Dortmund, yang di mana mereka tetap memiliki suporter loyal yang fanatik meskipun tidak selalu juara.

Cara selanjutnya adalah operator kompetisi membuat peraturan yang memperketat penggunaan pemain naturalisasi dan pemain asing.

Kesimpulan

Sampai saat ini prestasi Timnas Indonesia tak ada yang bisa dibanggakan, kecuali prestasi di kelompok umur. Untuk meredakan dahaga akan keringnya prestasi, PSSI pun menerapkan kebijakan naturalisasi sejak tahun 2010 yang lalu.

Awalnya PSSI menaturalisasi Cristian Gonzales, karena dianggap sebagai jawaban yang pas atas mandulnya lini depan Timnas Indonesia. Namun usai menaturalisasi Gonzales, dan diikuti oleh striker-striker asing lainnya, prestasi Indonesia tak kunjung membaik.

Kini gelombang naturalisasi pun berpindah ke posisi bek tengah. Banyak pemain asing di posisi bek tengah yang kini mulai mendapatkan pasor Indonesia, seperti halnya Otavio Dutra, Mahamadou Alhadji, Bio Paulin, hingga Victor Igbonefo.

Namun keberadaan para pemain naturalisasi bukan malah menguntungkan Indonesia. Hal itu justru akan semakin merusak sepak bola Indonesia, terlebih klub-klub peserta kompetisi juga memiliki kecenderungan untuk memilih pemain naturalisasi demi mengangkat prestasi tim.



bola.net



Dengan demikian, kesempatan bermain yang diberikan kepada para pemain lokal untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya pun semakin terbatas. Sebagus apa pun pemain, dia tidak akan berkembang jika tidak mendapat banyak kesempatan bermain.

Untuk mengatasi hal itu, setidaknya ada 2 hal yang bisa dilakukan. 

Pertama, klub-klub jangan terlalu berambisi untuk menjadi juara kompetisi, sehingga menghalalkan segala cara dan mengabaikan pemain lokal. Selanjutnya, operator kompetisi bisa membuat kebijakan yang pada intinya membatasi penggunaan pemain asing dan pemain naturalisasi.

Artikel ini saya tulis berdasarkan kecintaan saya terhadap sepak bola Indonesia. Karena saya juga ingin melihat Timnas Indonesia senior bisa berprestasi di kancah internasional.

Sementara itu, saya memang sejak awal tidak setuju dengan penggunaan pemain naturalisasi di tubuh Timnas Indonesia. Karena seperti yang telah disebutkan pada artikel di atas, naturalisasi pemain hanya solusi jangka pendek, dan akan merusak sepak bola Indonesia di masa depan.

Sumber1




#Indonesia, #Naturalisasi, #Sepak-Bola
Skor: 1.0
 Komentar
 0 Disukai
0
  Bisa dipercaya?  
0

   


NFT 123ish 3D Gold Coin Art Collection




Komentar terbaik hari ini
Jadilah yang pertama mengomentari

Papan Diskusi


Masuk dan buat komentar anda


Indonesia, Jangan Mau Jadi Tuan Rumah Piala Dunia!

Kamu Harus Tahu, Indonesia Pernah Tampil di Final Piala Dunia 1974

Prestasi Nol, Indonesia Disarankan Berkompetisi di Benua Lain. Bisa?

Cacat Moral dan Korup, Akar dari Kebencian Masyarakat Indonesia pada PSSI

Empat Hal Keliru yang Membuat Suporter Sepak Bola Indonesia Semakin Brutal

Mengukur Kelayakan Indonesia dan ASEAN Jadi Hots Piala Dunia 2034

Garang di Level Junior, Melempem di Level Senior. Itulah Indonesia!

Prestasi Masih Jeblok, Apakah Timnas Indonesia Membutuhkan Pemain Naturalisasi?

6 Wisata di Indonesia Ini Bakal Mengingatkanmu dengan Thailand

Info dan Review Teh Cap Poci

7 Tempat di Indonesia yang Menjadi Lokasi Syuting Film Hollywood

Kamu Harus Tahu Inilah 10 Rumah Sakit Terbaik di Indonesia

Review dan Informasi Produk Lifebuoy

Sejarah dan Informasi Lengkap Kopi Kapal Api

10 Alasan Mengapa Jam Tangan Rolex Sangat Istimewa dan Mahal

10 Negara Paling Instagramable di Dunia, Indonesia Nomer Berapa Ya?

Kata Siapa Gak Bisa Cetak Gol, 7 Kiper Ini Lebih Hebat dari Morata

Fakta dan Info Tentang Bank HSBC

Inilah 10 Rekomendasi Mie Ramen Terenak yang Cocok di Lidah Orang Indonesia

Fakta dan Info Tentang Maybank ini Wajib Kamu Ketahui

Pulau We

Review Handbody Scarlett

Review Shopie Paris Brand Lokal yang Go Internasional

Inilah 7 Merk Gitar Terbaik Untuk Pemula

Pengaturan privasi diubah!

Apakah Anda terus mengedit entri atau keluar dan mengeditnya nanti?

Not logged in, Please login to continue

Lokasi: Indonesia (id)
  • United States (us)
  • 日本 (jp)
  • Indonesia (id)
  • India (in)
Syarat dan Ketentuan | Kebijakan Pribadi | Tentang Kami
FAQ | Hubungi Kami
 
© 2025 123ish