Apasih yang bisa kamu banggakan dari prestasi Timnas Indonesia? Kalau boleh saya bilang, tidak ada prestasi yang bisa dibanggakan dari Timnas Indonesia, terlebih dari timnas senior.
Untuk berbicara di level terendah, yakni Asia Tenggara pun Timnas Indonesia masih belum sanggup. Sejauh ini prestasi terbaik Timnas Indonesia di level Asia Tenggara atau pada Piala AFF adalah lima kali menjadi finalis.
Namun seperti yang sudah bisa tebak, tidak ada satu pun gelar juara yang mampu dibawa pulang oleh Timnas Indonesia. Ya, semua berakhir dengan kekalahan dan Timnas Indonesia harus puas sebagai runner-up.
Jika di level Asia Tenggara saja tak bisa berprestasi, bagaimana dengan level Asia? Jawabannya adalah lebih parah.
Bahkan Timnas Indonesia tak mampu lolos ke putaran final Piala Asia sejak terakhir kali mereka melakukannya pada tahun 2007 silam. Itu pun Indonesia berhasil lolos karena berstatus sebagai tuan rumah.
Ini sebenarnya prestasi yang sangat memalukan, terlebih Timnas Indonesia sudah menaturalisasi banyak pemain asing dan pemain keturunan. Padahal awal mulanya mereka dinaturalisasi dengan tujuan untuk mengangkat prestasi Timnas Indonesia di level internasional.
indosport.com
Namun semuanya hanya menjadi harapan semu, prestasi tak kunjung datang menyambangi Timnas Indonesia, meskipun sudah banyak pemain asing dan keturunan yang berganti paspor hijau.
Jika prestasi tim senior masih nol besar, berbeda halnya dengan Timnas Indonesia di kelompok umur. Setelah sebelumnya Timnas Indonesia U-19 juara Piala AFF 2013, kemudian Timnas Indonesia U-16 juga juara di Piala AFF U-16 2018, dan yang terbaru adalah keberhasilan Timnas Indonesia U-22 menjadi juara Piala AFF U-22 2019.
Mereka berhasil menjadi juara tanpa bantuan satu pun pemain naturalisasi. Nah, sekarang yang jadi pertanyaan apakah memang perlu Timnas Indonesia menggunakan jasa pemain naturalisais?
Kalau menurut saya, naturalisasi pemain hanyalah solusi jangka pendek untuk mengatasi macetnya prestasi Timnas Indonesia, namun tidak untuk jangka panjang. Karena itu Timnas Indonesia di kelompok umur tak pernah menggunakan jasa pemain naturalisasi.
Karena memang tim itu sendiri dibentuk untuk mencetak bibit-bibit pemain unggul yang akan memperkuat Timnas Indonesia senior di masa yang akan datang.
Bagaimana kalau menurutmu, apakah masih perlu pemain naturalisasi?
Naturalisasi Pemain Sudah Terbiasa Sejak 2010
kompas.com
Timnas Indonesia mulai menggunakan jasa pemain naturalisasi sejak tahun 2010 yang lalu. Pemain asing pertama yang dinaturalisasi adalah Cristian Gonzales (Uruguay) dan Kim Jeffrey Kurniawan (Jerman).
Saat itu mereka diharapkan mampu mengangkat prestasi Timnas Indonesia di Piala AFF 2010. Hasilnya memang cukup membanggakan, meskipun tim Garuda tak berhasil menjuarai turnamen tersebut.
Kiprah Timnas Indonesia kala itu terhenti di babak final, kalah agregat 4-2 dari Timnas Malaysia, yang kemudian dinobatkan sebagai sang juara. Gonzales juga menunjukkan ketajamannya, dengan menjadi salah satu pencetak gol terbanyak dengan koleksi 3 gol.
Dengan hasil yang didapat, saat itu prospek pemain naturalisasi terlihat cukup cerah. PSSI selaku organisasi sepak bola tertinggi di Indonesia pun semakin gencar menaturalisasi pemain demi mengobati dahaga gelar.
afp.com
Akan tetapi pada periode 2011-2015, kebijakan naturalisasi tak berjalan sesuai dengan harapan. Selain Timnas Indonesia tak kunjung berprestasi, banyak juga pemain naturalisasi yang gagal menunjukkan penampilan terbaiknya, bahkan kualitas mereka bisa dibilang berada di bawah pemain lokal.
Banyak juga pemain naturalisasi yang menghilang tanpa kabar dan tidak diketahui kelanjutan kariernya di dunia sepak bola. Sebut saja Tonnie Cusell, Jhonny van Beukering, dan Ruben Wuarbanaran.
Nampaknya PSSI hanya asal-asalan menaturalisasi pemain. Masyarakat pun bertanya-tanya, kenapa PSSI menaturalisasi pemain yang kualitasnya dipertanyakan?
Sungguh sebuah ironi yang mengenaskan terjadi di persepakbolaan Indonesia, negara dengan suporter sepak bola paling fanatik di dunia.
Naturalisasi Bisa Berdampak Baik, jika…
sepakbola.com
Kebijakan naturalisasi pemain sebenarnya bisa berdampak baik untuk Timnas Indonesia, asalkan PSSI mampu melihat pemain asing atau mungkin pemain keturunan yang benar-benar memiliki kualitas mumpuni untuk membela tim Garuda.
Karena memang banyak pemain keturunan Indonesia yang memiliki skill di atas rata-rata, dan bahkan mereka menjadi pemain top dunia. Sebut saja para pemain seperti Ruud Gullit dan Giovani van Bronckhorst di masa lampau, dan para pemain seperti Radja Nainggolan, Kevin Diks, serta Emil Audero Mulyadi di masa kini.
Mereka semuanya adalah pemain papan atas dunia yang berdarah Indonesia. Jika PSSI jeli melihat kemampuan para pemain tersebut sejak usia dini, maka bukan tidak mungkin mereka akan menjadi bagian dari Timnas Indonesia.
gianlucadimarzio.com
Karena jika para pemain keturunan tersebut telah membela negara lain di ajang resmi internasional, maka bisa dipastikan PSSI tak lagi bisa menggunakan jasa pemain tersebut. Naturalisasi pun tak bisa lagi diterapkan demi menggunakan jasa pemain tersebut di skuat Timnas Indonesia.
Sebenarnya bukan hanya Indonesia yang menggunakan jasa pemain naturalisasi di dalam skuatnya. Bahkan negara yang menjadi kiblat sepak bola dunia, Spanyol, mereka juga menggunakan jasa pemain naturalisasi.
Ya, Spanyol menggunakan jasa Diego Costa, striker tajam kelahiran Brasil. Namun bedanya federasi sepak bola Spanyol lebih jeli dalam melihat kualitas pemain yang akan dinaturalisasi.
Naturalisasi Berdampak Buruk, jika…
Tak hanya berdampak baik, menaturalisasi pemain asing atau pun keturunan juga berdampak buruk pada Timnas Indonesia. Tak hanya satu, setidaknya ada tiga dampak buruk yang dihadirkan dari kebijakan naturalisasi pemain.
Tahu apa dampak buruknya?
Pemain Lokal Tak Bisa Berkembang
www.football5star.com
Karena naturalisasi, pemain lokal Indonesia tak bisa berkembang. Lihat saja bagaimana minimnya striker di tubuh Timnas Indonesia.
Karena seperti yang diketahui, pada setiap musim gelaran Liga 1 para klub peserta selalu menggunakan jasa striker asing. Karena mereka menilai bahwa kualitas striker asing jauh lebih baik dari pada striker lokal.
Padahal pada kenyataannya tak selamanya striker asing lebih baik dari pada striker lokal. Namun karena mindset yang sudah tertanam, setiap pelatih selalu beranggapan bahwa striker asing lebih baik.
Oleh sebab itu, mereka selalu membeli striker asing di bursa transfer. Hal yang jelas saja membatasi para striker lokal untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya, karena jarang mendapat kesempatan bermain.
Sebagus apa pun kualitas pemain, mereka tak akan menjadi pemain besar jika tak diberi banyak kesempatan bermain.
Masa Bakti Pemain Naturalisasi yang Singkat
antarafoto.com
PSSI memiliki kebiasaan untuk menaturalisasi pemain asing atau keturunan yang sudah berumur, bahkan usianya pun sudah lebih dari 30 tahun. Seperti halnya Gonzales, Victor Igbonefo, Beto Goncalves, Sergio Van Dijk, IOtavio Dutra, dan Esteban Vizcarra.
Memang harus diakui mereka memiliki kualitas yang cukup mumpuni, namun mereka tak bisa konsisten mempertahankan kualitasnya. Alasannya pun jelas, fisik mereka semakin menurun karena termakan oleh usia.
Alhasil, masa bakti mereka untuk Timnas Indonesia tak bisa berlangsung lama, hanya berjalan sekitar 1 hingga 3 tahun saja.
Naturalisasi Pemain Dimanfaatkan Klub
bola.net
Parahnya lagi, adanya kebijakan naturalisasi pemain juga dimanfaatkan oleh para klub peserta Liga 1.
Mereka melakukannya untuk mengakali adanya batasan penggunaan pemain asing di setiap musim gelaran Liga 1. Sebelumnya, operator Liga 1 menetapkan bahwa setiap klub peserta hanya diizinkan menggunakan 3 pemain asing non Asia dan 1 pemain asing Asia.
Nah, untuk bisa menggunakan lebih banyak pemain asing di dalam skuatnya, mereka pun mengakalinya dengan membantu proses naturalisasi pemain. Karena dengan demikian, mereka bisa menggunakan jasa pemain lokal dengan rasa pemain asing.
Hal itu dilakukan karena memang klub-klub Indonesia hanya berorientasi pada gelar juara. Mereka tak berfokus untuk mengembangkan pemain demi Timnas Indonesia yang lebih baik.
Kesimpulan
Meskipun sudah menggunakan jasa pemain naturalisasi, namun Timnas Indonesia senior tak kunjung berprestasi di kancah internasional. Sementara Timnas Indonesia di kelompok umur justru lebih berprestasi, meskipun mereka tidak menggunakan pemain naturalisasi.
Oleh sebab itu, kebijakan naturalisasi pemain pun dipertanyakan.
Kebijakan untuk menggunakan jasa pemain naturalisasi sudah terjadi sejak tahun 2010. Pemain yang pertama dinaturalisasi adalah Cristian Gonzales dan Kim Jeffrey Kurniawan.
Mereka terbilang cukup sukses bersama Timnas Indonesia, sehingga membuat PSSI semakin gencar menaturalisasi pemain. Namun tak selamanya pemain naturalisasi memberikan dampak positif untuk Timnas Indonesia, dan bahkan banyak pemain naturalisasi yang kualitasnya dipertanyakan dan tak diketahui kelanjutan kariernya.
arah.com
Naturalisasi pemain bisa berdampak baik jika PSSI jeli dalam memilih pemain. Karena banyak para pemain keturunan Indonesia yang kini berhasil menjadi pemain sepak bola papan atas dunia, salah satunya adalah Radja Nainggolan.
Namun karena telat dalam memantau pemain, PSSI pun tak lagi bisa menggunakan jasa mereka, karena sebelumnya telah membela timnas negara lain di pertandingan resmi internasional.
Selain itu, naturalisasi juga memiliki dampak buruk. Pertama adalah menghambat perkembangan pemain lokal, kedua adalah masa bakti pemain naturalisasi yang singkat (karena sudah berumur), dan kebijakan naturalisasi pemain ini sering dimanfaatkan oleh klub peserta Liga 1.
Artikel ini saya tulis karena saya selalu mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia. Tak hanya mengikuti, saya juga hampir selalu menyaksikan pertandingan Timnas Indonesia yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi.
Sehingga saya pun tahu pemain naturalisasi mana saja yang memang layak untuk membela Timnas Indonesia.