Tidak Selamanya Pemain Bintang Dipertahankan, Sepak Bola Itu Kejam
Modified
Dalam sepak bola ada istilah pemain bintang. Karena dia memiliki kemampuan di atas rata-rata dari rekan-rekan setimnya yang lain. Karena kemampuannya itu lah, tidak jarang pelatih menjadikannya sebagai pemain andalan dalam setiap pertandingan yang dijalaninya. Oleh karena itu, bisa dibilang bahwa pemain bintang juga pemain yang memiliki pengaruh besar di timnya.
Pemain bintang berasal dari posisi mana pun, mulai dari kiper, pemain bertahan, gelandang, bahkan hingga striker. Apa pun posisinya di dalam tim, yang pasti bahwa pemain bintang selalu menjadi andalan bagi timnya dalam setiap pertandingan yang dijalani. Bahkan ada yang mengatakan, bahwa hasil yang didapatkan oleh tim di akhir pertandingan tergantung dari performa sang pemain bintang tersebut.
Ketika berbicara mengenai pemain bintang di posisi kiper, tentunya kita kenal dengan kiper Manchester United, David de Gea. Kiper asal Spanyol itu menjadi orang yang tidak tergantikan di bawah mistar gawang Manchester United. Hal itu sejalan dengan performanya, bahkan De Gea sering melakukan penyelamatan-penyelamatan penting dan menghindarkan Manchester United dari kekalahan.
Di posisi bek atau pemain belakang, tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan nama bek Liverpool asal Belanda, Vigil van Dijk. Meskipun baru didatangkan Liverpool pada bursa transfer musim dingin tahun 2018 yang lalu. Sejak kedatangan Van Dijk, lini pertahanan Liverpool menjadi salah satu yang terkuat pada musim ini. Padahal sebelumnya lini belakang Liverpool sangat rapuh.
Sementara di posisi gelandang, tentunya kita kenal dengan pemain Real Madrid asal Kroasia, Luka Modric. Mantan pemain Tottenham Hotspur itu bisa dibilang menjadi aktor utama dibalik kesuksesan Real Madrid menjuarai Liga Champions di tiga musim terakhir. Visi bermain dan umpan-umpannya yang selalu memanjakan para pemain depan membuat Modric diklaim sebagai pemain yang paling berpengaruh di kubu Los Blancos.
Sementara di lini depan, salah satu pemain bintang di posisi ini adalah striker Juventus asal Portugal, Cristiano Ronaldo. Ya, Ronaldo adalah mega bintang sepak bola, dan bahkan setiap kehadirannya selalu ditunggu-tunggu oleh jutaan pasang mata. Kehebatan Ronaldo juga membuat setiap klub yang dibelanya hampir selalu meraih gelar juara di akhir musim.
Dengan kehebatan para pemain bintang, tentunya semua klub ingin mempertahankan mereka. Tidak jarang banyak klub rela mati-matian dan menolak tawaran setinggi langit demi mempertahankan pemain andalan mereka. Karena keberadaan pemain bintang bisa dibilang sebagai nyawa tim, dan terkadang menjadi daya magnet bagi tim itu sendiri untuk bisa mendatangkan ribuan suporter agar menyaksikan pertandingan mereka secara langsung di dalam stadion.
Namun pada kenyataan yang sesungguhnya, tidak semua klub bakal mempertahankan pemain andalannya. Ada juga klub yang rela menjual pemain-pemain andalannya demi mendapatkan keuntungan secara ekonomi, demi membiayai keberlangsungan hidup klub. Di era sepak bola modern, memang uang menjadi penggoda terbesar. Berikut adalah 7 klub yang sering menjadi ‘toko’ bagi klub-klub lain di bursa transfer pemain.
Southampton
www.dhakatribune.com
Awalnya klub yang terkenal sebagai pencetak pemain muda berbakat adalah West Ham United. Namun lambat laun West Ham United merubah kebijakan mereka dengan membeli pemain yang sudah jadi. Klub dengan pencetak pemain muda berbakat selanjutnya dipegang oleh Southampton.
Banyak pemain bintang yang telah dijual oleh klub dengan julukan The Saint tersebut. Mulai dari Morgan Schneiderlin, Nathaniel Clyne, Sadio Mane, hingga yang terakhir adalah mereka menjual Virgil van Dijk ke Liverpool. Penjualan Van Dijk sendiri membuat Southampton mendapat keuntungan yang sangat besar. Karena mereka hanya membeli Van Dijk dengan nilai transfer sebesar 11,78 pounds dan kemudian menjualnya ke Liverpool dengan nilai transfer sebesar 75 juta pounds atau sekitar 1,3 triliun rupiah.
AS Monaco
gettyimages.com
Kemudian ada nama klub asal Perancis, AS Monaco. Tentu kita sudah mengetahui bahwa di era sepak bola modern, AS Monaco menjadi salah satu gudang pemain muda berbakat. Mereka juga dikenal sebagai klub yang pandai berbisnis, di mana mereka mendatangkan pemain yang belum berkembang dan membinanya, sebelum akhrinya menjualnya dengan harga setinggi langit.
Tentu masih lekat di ingatan kita bagaimana AS Monaco menjual James Rodriguez ke Real Madrid pada musim panas tahun 2014 yang lalu. Didatangkan dari FC Porto dengan banderol 45 juta euro, kemudian mereka menjualnya ke Real Madrid dengan transfer sebesar 75 juta euro. Terbaru, mereka menjual pemain muda berbakat, Kylian Mbappe Lotin ke PSG. Mbappe sendiri adalah pemain yang dibesarkan di tim muda AS Monaco. Namun kemudian AS Monaco menjual ‘si Kura-Kura Ninja’ ke PSG dengan nilai transfer sebesar 180 juta euro atau setara dengan 3 triliun rupiah. Harga itu terbilang wajar, melihat penampilan Mbappe yang sangat impresif bersama klub berjuluk Les Parisiens tersebut.
Tottenham Hotspur
gettyimages.com
Tottenham Hotspur juga terkenal sebagai klub dengan regenerasi yang cukup baik, setidaknya dalam satu dekade terakhir. Lihat saja, Tottenham Hotspur berhasil mengembangkan beberapa pemain seperti Luka Modric, Dimitar Berbatov, Michael Carrick, Sandro, hingga Gareth Bale.
Penjualan paling fenomenal yang dilakukan oleh Tottenham Hotspur adalah ketika mereka melepas Bale ke Real Madrid. Karena berdasarkan informasi di laman Transfermarkt, Tottenham Hotspur membeli Bale dari Southampton seharga 14,7 juta euro, sebelum kemudian mereka menjualnya ke Real Madrid dengan nilai transfer sebesar 101 juta euro atau setara dengan 1,7 triliun rupiah.
FC Porto
Klub yang menjadi ‘toko’ di bursa transfer selanjutnya adalah klub asal Portugal, FC Porto. Meskipun menjadi salah satu klub raksasa di Portugal, namun FC Porto tidak terlalu bisa banyak berbicara di level Eropa, selain keberhasilannya menjuarai Liga Champions di tangan Jose Mourinho pada tahun 2004 yang lalu.
Hal itu tidak lepas dari kebijakan klub yang selalu tergoda untuk menjual pemain bintang mereka demi mendapatkan keuntungan yang besar. Pemain-pemain seperti Danilo, Ellaquim Mangala, Joao Moutinho, Hulk, Radamel Falcao, Anderson, hingga Pepe adalah ‘korban’ dari kebijakan FC Porto untuk menjual pemain–pemain andalan demi meraup untung.
Benfica
gettyimages.com
Selain FC Porto, ada juga klub asal Portugal yang terkenal sebagai ‘toko’ di bursa transfer pemain, mereka adalah Benfica. Nama-nama pemain bintang seperti Jan Oblak, Nemanja Matic, Fabio Coentrao, Angel Di Maria, dan Ramires adalah produk hasil penjualan dari Benfica. Meskipun sering menjual para pemain bintang, namun Benfica tetap mampu mendominasi kompetisi domestik Portugal.
Atletico Madrid
www.fourfourtwo.com
Dalam beberapa musim terakhir, Atletico Madrid adalah klub yang mampu mengganggu dominasi Barcelona dan Real Madrid di panggung kompetisi domestik Spanyol. Meskipun demikian, Atletico Madrid adalah klub yang sangat jauh berbeda dari Barcelona dan Real Madrid, yang hobi mendatangkan pemain bintang. Karena klub berjuluk Los Colchoneros itu justru terkenal sering melepas pemain bintangnya dengan harga setinggi langit. Beberapa produk Atletico Madrid adalah Filipe Luis, Diego Costa, Sergio Aguero, Radamel Falcao, Fernando Torres, sampai David de Gea.
AS Roma
Yang terakhir adalah klub asal Italia, AS Roma. Tentu kita sudah tidak asing dengan nama besar yang dimiliki oleh AS Roma di sepak bola Italia. Kesuksesan AS Roma disebabkan oleh kejelian mereka dalam mendatangkan pemain berkualitas dengan harga yang murah, sebelum kemudian menjualnya dengan harga mahal.
Yang terakhir adalah ketika AS Roma menjual Mohamed Salah ke Liverpool. Menurut informasi di laman Transfermarkt, AS Roma mendatangkan Salah dari Chelsea dengan nilai transfer kurang lebih 15 juta euro, sebelum kemudian menjualnya ke Liverpool dengan nilai transfer sebesar 42 juta euro pada bursa transfer musim panas tahun 2017 yang lalu.
Nah, itulah beberapa klub yang ‘rela’ menjadi toko bagi klub lain di bursa transfer pemain. Meskipun kehadiran pemain bintang di dalam tim adalah hal yang cukup penting, namun ada kalanya sebuah klub lebih mementingkan keuntungan dari penjualan pemain bintang tersebut. Karena memang di era sepak bola modern ini pengeluaran klub jauh lebih besar jika dibandingkan dengan era sebelum abda ke-21.
Artikel ini saya tulis karena memang saya sangat mencintai dunia sepak bola, dan saya juga sering membaca informasi terkait perkembangan sepak bola, baik di dalam maupun di luar negeri. Informasi yang saya tulis di artikel ini saya peroleh dari salah satu media ternama luar negeri yang berbasis di Jerman.