Bicara soal rivalitas dalam sepak bola, bumbu ini selalu menyelimuti pertandingan yang melibatkan tim-tim besar atau mungkin tim sekota atau biasa disebut dengan laga derby. Namun ada juga rivalitas yang tercipta karena seringnya kedua tim bersaing menjadi yang terbaik di akhir musim. Selain itu, rivalitas juga bisa disebabkan oleh adanya hubungan buruk yang tercipta antara suporter kedua tim yang bertanding. Jika hal demikian terjadi, maka pertandingan pun dipastikan akan penuh dengan drama dan tensi yang tinggi, dan bahkan teror penonton pun sering terjadi kepada tim rival yang bertindak sebagai tamu.
Di Eropa, terutama di Inggris, kita tentunya kenal dengan rivalitas tinggi yang terjadi antara Manchester United dan Liverpool. Karena memang untuk saat ini kedua tim dengan warna dasar merah itu disebut-sebut sebagai dua tim terbaik di Inggris. Karena untuk saat ini Manchester United menjadi peraih gelar juara Liga Inggris terbanyak, di mana mereka sudah meraih total 20 gelar juara. Klub berjuluk The Red Devils itu terakhir kali meraih gelar juara Liga Inggris pada musim 2012/13 yang lalu. Sementara untuk Liverpool, mereka adalah tim dengan koleksi gelar juara Liga Champions Eropa terbanyak di Inggris. Klub yang bermarkas di Anfield itu total sudah meraih 5 gelar juara Liga Champions Eropa, di mana gelar juara terakhir mereka raih pada musim 2004/05 yang lalu.
Dari Inggris pindah ke Italia, di mana pada Negeri Pizza itu pertandingan dengan rivalitas tinggi adalah laga yang mempertemukan antara Juventus melawan AC Milan. Karena keduanya memang klub tersukses di Italia. Saat ini Juventus masih memegang rekor gelar juara Serie A terbanyak, di mana klub berjuluk La Vecchia Signora itu telah mengoleksi total 34 gelar. Sementara AC Milan adalah klub Italia dengan pemegang gelar juara Liga Champions Eropa terbanyak di Italia. Hingga saat ini, klub yang menghuni San Siro itu sudah mengoleksi 7 gelar Liga Champions Eropa.
Kemudian di Spanyol, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan duel bergengsi antara Barcelona melawan Real Madrid. Kedua tim itu memang secara bergantian menjadi raja di Spanyol. Barcelona sendiri menjadi pemegang gelar Copa del Rey terbanyak, dengan koleksi 30 gelar juara. Sementara Real Madrid adalah pemegang gelar juara terbanyak La Liga, dengan total 33 trofi. Bukan hanya itu, Los Blancos juga menjadi klub dengan peraih trofi Liga Champions Eropa terbanyak dibanding dengan klub-klub lain di seluruh penjuru Benua Biru, dengan koleksi total 13 gelar.
www.sportskeeda.com
Selain karena prestasinya, pertemuan antara Barcelona melawan Real Madrid juga sering berlangsung menarik karena keduanya sama-sama memiliki skuat berkualitas dunia, bahkan kedua tim itu selalu memiliki pemain terbaik di dunia. Barcelona terkenal dengan para legendanya seperti Carles Puyol, Xavi Hernandez, Ronaldinho, Andres Iniesta, hingga Lionel Messi. Sementara Real Madrid, mereka memiliki barisan para legenda seperti Zinedine Zidane, Luis Figo, Iker Casillas, Sergio Ramos, hingga Cristiano Ronaldo. Oleh sebab itu, laga antara Barcelona melawan Real Madrid sering disebut sebagai laga klasik atau bisa disebut juga dengan El Clasico.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Laga apa yang disebut sebagai El Clasico atau pertandingan klasik? Sejauh ini, banyak yang bilang bahwa laga El Clasico Indonesia adalah duel antara Persib Bandung melawan Persija Jakarta. Namun pada kenyataannya duel El Clasico Indonesia bukanlah pertandingan antara Persib melawan Persija. Untuk penjelasannya bisa simak selengkapnya di bawah ini.
Laga Persib vs Persija Bukan El Clasico
ayobandung.com
Namun asal kalian tahu, rivalitas panas antara Persib dan Persija baru berawal pada tahun 1999 silam. Namun sayangnya rivalitas di antara kedua klub itu bukan karena sebuah prestasi, namun lebih dikarenakan adanya rivalitas tinggi antara supporter keduanya, yakni The Jakmania (supporter Persija) dan Bobotoh atau Viking (supporter Persib).
Sampai saat ini kedua kelompok supporter itu memang sering terlibat bentrokan, hingga menyebabkan hilangnya nyawa. Sampai saat ini setidaknya sudah ada 7 nyawa yang melayang sia-sia karena tingginya rivalitas di antara kedua kelompok supporter tersebut. Korban terakhir bernama Haringga Sirla (pendukung Persija), yang meninggal dunia usai dikeroyok oleh pendukung Persib di halaman parkir Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung pada 23 September yang lalu.
Awal Mula Perseteruan The Jakmania dan Bobotoh atau Viking
youtube.com
Laga Persib melawan Persija memang awalnya adem ayem, sebelum berubah menjadi laga dengan rivalitas yang tinggi, seiring dengan hubungan antara The Jakmania dan Bobotoh atau Viking yang semakin memburuk.
Buruknya hubungan antara kedua kelompok suporter itu dimulai pada awal Era Perserikatan. Kala itu ada sebuah mindset yang mengatakan bahwa kesebelasan di Era Perserikatan baru dikatakan sebagai tim besar atau papan atas ketika mereka memiliki pendukung fanatik. Syarat itu pun membuat Persib, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, dan PSMS Medan disebut sebagai tim papan atas, karena mereka memiliki ribuan pendukung fanatik.
Meskipun eksistensinya sudah ada sejak dulu, namun Persija tidak dianggap sebagai tim papan atas di Era Perserikatan. Hal itu disebabkan karena Persija tidak memiliki pendukung fanatik, seperti halnya keempat tim besar lainnya.
Keprihatinan ini membuat The Jakmania mulai dibentuk pada tahun 1997, sebagai pendukung fanatik Persija. Seiring dengan berjalannya waktu, anggota The Jakmania pun semakin meningkat, sejalan dengan prestasi Persija yang juga semakin membaik.
Semakin banyaknya anggota The Jakmania membuat Persija secara perlahan berubah menjadi tim papan atas di Era Perserikatan. Ketika Persija berlaga di Stadion Lebak Bulus (sekarang sudah dibongkar), The Jakmania selalu memenuhi stadion dan jarang ada supporter Persija yang gagal masuk ke stadion karena alasan kehabisan tiket. Kemudian ketika The Jakmania bertandang ke Stadion Siliwangi, mereka kaget dengan daya tampung stadion yang kecil. Sehingga banyak The Jakmania yang tidak bisa memasuki stadion karena kehabisan tiket. Namun mereka tetap berusah merangsek ke dalam stadion, hingga terjadilah sebuah kesalah pahaman.
Dari situlah, konflik antara The Jakmania dan Bobotoh atau Viking dimulai. Konflik di antara keduanya semakin memanas ketika terjadi sebuah keributan di Kuis Siapa Berani pada tahun 2001. Demikianlah yang dikatakan oleh salah satu pentolan Bobotoh di Era Perserikatan, Eko Noer Kristiyanto. Konflik ini pun terus dipupuk hingga meluas seperti yang terjadi saat ini.
Duel El Clasico Sesungguhnya, Laga Persib melawan PSMS Medan
Ya, El Clasico Indonesia yang sebenarnya adalah laga Persib melawan PSMS Medan. Hal ini karena kedua tim sering bertemu di final untuk memperebutkan gelar juara kompetisi tertinggi di Indonesia. Dilansir dari RSSSF Indonesia, Persib dan PSMS sudah bertemu sebanyak 3 kali di final Era Perserikatan, yakni pada musim 1966/67, 1983/84, dan 1985. Di final musim 1966/67, PSMS berhasil mengalahkan Persib dengan skor 2-0. Kemudian di musim 1983/84, PSMS kembali berhasil mengalahkan Persib dengan skor 3-2 melalui drama adu penalti, setelah laga hanya berakhir imbang 0-0 sampai waktu normal.
Kemudian pada final Era Perserikatan di Stadion Senayan (Stadion Utama Gelora Bung Karno) pada musim 1985, PSMS kembali berhasil mempecundangi Persib dengan skor 2-1. Pada pertandingan ini lah, nuansa partai klasik El Clasico sangat terasa, di mana pada saat itu pertandingan dihadiri sekitar 150.000 suporter (menurut buku AFC terbitan 1987). Karena stadion yang kala itu hanya bisa menampung 110.000 suporter, banyak suporter yang duduk di lintasan lari stadion demi bisa menyaksikan langsung laga tersebut.
Itu lah fakta yang sebenarnya soal laga El Clasico di Indonesia. Laga El Clasico Indonesia sejatinya adalah duel antara Persib melawan PSMS, bukan Persib melawan Persija.
Artikel ini saya tulis berdasarkan data dari beberapa sumber informasi yang terpercaya. Artikel ini ditulis karena selain memang saya sangat menyukai sepak bola, saya juga sering mendengar sebuah kekeliruan mengenai sebutan laga El Clasico di Indonesia. Padahal sebenarnya hal itu salah, di mana yang benar adalah laga antara Persib melawan PSMS, yang disebut sebagai duel El Clasico Indonesia. Saya juga sedikit banyak mengetahui sejarah kedua klub, karena memang saya hampir setiap hari selalu mengikuti perkembangan klub-klub tersebut.