Suka
sepak bola? Jika memang kamu laki-laki, kamu pasti suka dengan olahraga yang
satu ini.
Kalau
pun gak suka, pasti kamu juga tahu atau mungkin sekedar mengikuti beritanya. Saya
bisa mengatakan demikian karena saat ini sepak bola adalah olahraga paling
populer di dunia.
Tidak
ada cabang olahraga lainnya yang mampu menyedot ribuan atau bahkan puluhan ribu
penonton di setiap pertandingan. Bagaimana, kamu juga setuju kan?
Semakin
populernya sepak bola di mata dunia juga tak lepas dari permainan menarik yang
selalu disajikan oleh para pemain di setiap pertandingannya. Tidak hanya
menunjukkan skil olah bola, para pemain juga selalu terlibat kontak fisik
dengan pemain lawan di sepanjang pertandingan.
twitter.com
Namun
karena itu lah, sepak bola dianggap semakin menarik. Belum lagi ketika para
pemain melakukan selebrasi yang terkadang unik, usai mencetak gol ke gawang
lawan.
Meskipun
erat kaitannya dengan kontak fisik, namun para pemain rugbi mengejek sepak bola
sebagai olahraga banci. Karena mereka menilai dari banyaknya pemain yang mudah
terjatuh ketika mendapatkan sedikit kontak fisik dari pemain lawan.
Tagline yang paling menohok dari para pemain rugby untuk mengejek para pemain sepak bola adalah: “We play rugby, the douchebags sport but played like a gentlemen!”
gettyimages.com
Ya,
mereka mengatakan bahwa rugby adalah olahraga para berandal yang dimainkan
secara jantan. Tidak seperti sepak bola!
Namun
terlepas dari apa pun anggapan pemain rugby, pada kenyataannya sepak bola
adalah olahraga dengan penyumbang cedera terbanyak. Bahkan bisa dibilang para
pemain sepak bola lebih beresiko cedera, ketimbang para pemain UFC dan tinju,
yang di mana tujuan dari kedua olahraga itu memang untuk menyakiti lawan.
Dalam sebuah survey, cedera yang paling sering dialami oleh para pemain sepak bola adalah hamstring, kesleo, cedera tulang rawan, anterior cruciate ligament atau ACL, dislokasi, hingga patah tulang. Penyebab cedera dalam sepak bola pada umumnya dikarenakan mendapat tekel dari pemain lawan, salah tumpuan, hingga salah mendarat.
Berdasarkan
survey tersebut, setidaknya ada 9 hingga 35 pemain sepak bola yang menderita
cedera setiap 1000 jam pertandingan.
Cedera Bisa Mengakhiri Karier Pemain Sepak Bola
Banyak
jenis cedera yang bisa dialami oleh para pemain sepak bola, mulai dari cedera
ringan hingga cedera berat. Dalam kasus cedera berat, dikenal pula istilah ‘career-ending tackles’.
Istilah
itu digunakan untuk menggambarkan cedera yang benar-benar sangat serius, sehingga
dianggap akan mematikan karier dari sang pemain tersebut.
Jika
kamu penggemar berat sepak bola sejak dulu, pasti kamu sudah tidak asing dengan
kasus cedera yang menimpa striker Arsenal, Eduardo da Silva pada Februari 2008
yang lalu. Pemain berkebangsaan Kroasia itu harus menderita cedera yang
mengerikan, yakni patah tulang fibula serta dislokasi pergelangan kaki kirinya.
Cedera
itu dia dapatkan setelah mendapat tekel keras dari Martin Taylor, pemain
Birmingham City kala itu. Saking brutalnya, pihak penyiar tidak menampilkan
tayangan ulang detik-detik terjadinya pelanggaran tersebut dari jarak dekat.
gettyimages.com
Saking
parahnya cedera yang dialami oleh Eduardo, banyak pihak dan juga pendukung
Arsenal yang menduga bahwa dia tidak akan bisa lagi bermain sepak bola. Karier
Eduardo dianggap telah usai, setelah mendapat tekel keras dari Taylor.
Namun
semua dugaan itu salah, setahun kemudian Eduardo sembuh dan kembali bermain di
lapangan. Bahkan saat dia pindah ke Shaktar Donetsk, dia berhasil mengembalikan
performa terbaiknya dengan mencatat 71 pertandingan.
Tidak
hanya Eduardo, lihat juga bagaimana cedera parah yang diterima oleh Luke Shaw
dan Aaron Ramsey. Meskipun menderita cedera parah, namun karier mereka masih
bisa berlanjut setelah pulih.
Kebancian Sesungguhnya dalam Sepak Bola Itu Diving
Saat pelanggaran-pelanggaran brutal dalam sepak bola sudah mulai berkurang, kini muncul tren baru yang dinamakan diving. Bukan menyelam seperti yang kamu bayangkan, namun diving dalam sepak bola adalah pura-pura terjatuh atau cedera demi mencari keuntungan dan mengulur-ulur waktu pertandingan.
Biasanya para pemain akan melakukan diving di dalam kotak penalti, demi mempengaruhi sang pengadil lapangan untuk memberikan hadiah tendangan penalti. Saat berpura-pura cedera, biasanya pemain itu memiliki tujuan untuk mengulur-ulur waktu, sehingga mayoritas dilakukan oleh pemain yang timnya sedang unggul.
Maraknya aksi diving dalam sepak bola membuat para penonton kesulitan untuk mengetahui seberapa parah cedera yang dialami oleh pemain dan kejadian yang sesungguhnya di atas lapangan. Karena saat ini sepak bola penuh dengan drama yang bernama diving!
Maraknya aksi diving dalam sepak bola modern membuat para sport scientist di University of Portsmouth melakukan pengelompokkan aksi diving. Menurut Paul Morris dan David Lewis, setidaknya ada 4 kategori diving dalam sepak bola.
Temporal Continuity
gettyimages.com
Kategori pertama adalah diving temporal continuity, yang menyumbang 29 persen dari semua kasus diving di sepak bola.
Pada kategori ini, si pelaku diving meninggalkan banyak waktu antara kontak fisik dengan reaksi yang ditunjukkannya. Biasanya aksi tersebut akan terlihat dengan sangat jelas ketika tayangan ulang diputar.
Tak jarang wasit juga mengetahui aksi ini, dan biasanya akan langsung memberikan kartu kuning kepada pelaku diving.
Archer`s Bow
reuters.com
Kategori terbanyak selanjutnya dalam kasus diving adalah archer`s bow, yang di mana
pemain akan dengan mudah terjatuh ke belakang dan mengangkat tangan. Tujuannya
jelas, apa lagi kalau bukan untuk mencari perhatian wasit.
Jika pelaku diving tidak meninggalkan banyak waktu antara kontak dan reaksi, biasanya wasit bisa terperdaya dan memberikan pelanggaran.
Ballistic Continuity
reuters.com
Di urutan ketiga ada ballistic continuity, yang menyumbang 25 persen dari keseluruhan kasus diving dalam sepak bola. Kategori ini ditujukan kepada para pelaku diving yang menunjukkan reaksi berlebihan ketika mendapat kontak fisik yang minim.
Tahu
kan siapa pemain yang sering melakukannya?
Pada
Piala Dunia 2018 yang lalu, bintang Timnas Brasil, Neymar sempat dihujat ketika
menunjukkan reaksi yang berlebihan, dan bahkan sempat berguling-guling di
lapangan, ketika mendapat kontak fisik yang minim dari pemain Timnas Meksiko.
Contact Consistency
www.dreamteamfc.com
Kategori keempat atau yang terakhir adalah contact
consistency, yang di mana si pelaku menunjukkan aksi yang tidak sinkron dengan
kontak fisik yang terjadi.
Salah satu aksi diving terkenal pada kategori ini terjadi pada Piala Dunia 2002 Korea Selatan-Jepang.
Saat
itu pemain Timnas Turki, Hakan Unsal menendang bola ke arah kaki pemain Timnas
Brasil, Rivaldo. Namun Rivaldo justru bereaksi dengan mengerang kesakitan di
bagian wajahnya.
Bagaimana,
sepak bola itu banci bukan?
Efek Diving pada Permainan Sepak Bola Secara Keseluruhan
Semakin maraknya aksi diving dalam sepak bola modern membuat Morris dan Lewis menganalisa pengaruh diving terhadap permainan secara keseluruhan.
Berdasarkan keempat kategori diving yang telah disebutkan sebelumnya, mereka mendapatkan perbandingan yang kontras antara pemain yang benar-benar menderita cedera dengan pemain yang berpura-pura cedera, yakni 1 dibanding 12.
Aksi diving dan berpura-pura cedera membuat wasit lebih sering menghentikan pertandingan. Terkadang pertandingan akan terhenti lebih lama ketika wasit mengizinkan tim medis memasuki lapangan untuk melakukan perawatan.
dekandidat.com
Hasilnya,
pertandingan sepak bola pun tidak benar-benar berjalan selama 90 menit.
Meskipun ada perpanjangan waktu, namun waktu yang diberikan oleh perangkat
pertandingan tidak sebanding dengan banyaknya waktu yang terbuang sia-sia
karena drama pemain di atas lapangan.
Sangat
menjengkelkan bukan?
Menurut
Morris dan Lewis, rata-rata pertandingan sepak bola hanya berlangsung selama
86,5 menit. Di Liga Premier Inggris yang terkenal keras itu malah lebih parah, di
mana mereka mengungkapkan bahwa waktu rata-rata ketika bola benar-benar
dimainkan di atas lapangan hanya berlangsung selama 62 menit 39 detik.
Tentu
saja perpanjangan waktu yang diberikan oleh wasit tidak sebanding. Karena pada
umumnya sang pengadil lapangan hanya memberikan 1 hingga 2 menit perpanjangan waktu
di akhir babak yang pertama, dan 2 hingga 5 menit di akhir babak kedua.
Dengan
rata-rata harga tiket pertandingan sepak bola di Liga Premier Inggris yang
menyentuh angka 50 pounds atau sekitar 900 ribu rupiah pada tahun 2012 yang
lalu, berarti para penonton hanya membayar secara efektif 16,5 pounds untuk
menonton pertandingan.
Sisanya mereka hanya menyaksikan ball boy mengambilkan bola atau melihat para pemain bergoler-goler menciptakan drama di atas lapangan.
Kesimpulan
Para pemain rugby menganggap sepak bola sebagai olahraga banci, karena banyaknya para pemain yang melakukan diving dan menciptakan drama di atas lapangan. Padahal pada kenyataannya sepak bola masih menjadi olahraga dengan angka cedera terbanyak.
Banyaknya
cedera dalam sepak bola karena memang sering kali terjadi kontak fisik dan
tekel dalam setiap pertandingan. Bahkan ada tekel yang dianggap benar-benar
brutal, sehingga bisa mengakhiri karier sang pemain.
bola.com
Namun di era sepak bola modern, aksi diving mulai marak, yang dilakukan untuk mencari perhatian wasit demi mendapatkan keuntungan untuk timnya. Jadi bisa dibilang bahwa kebancian utama dalam sepak bola adalah aksi diving.
Semakin maraknya aksi diving, membuat Morris dan Lewis mengelompokkan aksi diving ke dalam 4 kategori.
Kategori pertama atau yang paling banyak terjadi adalah temporal continuity, yang kemudian disusul oleh archer`s bow. Di tempat ketiga ada diving dengan kategori ballistic continuity, dan yang terakhir adalah kategori contact consistency.
Morris dan Lewis juga membuat analisa mengenai pengaruh diving terhadap jalannya pertandingan secara keseluruhan. Hasilnya, sepak bola tidak benar-benar berlangsung selama 90 menit, melainkan 86,5 menit.
Di
Liga Premier Inggris malah lebih parah, karena waktu di mana bola benar-benar
dimainkan di atas lapangan hanya selama 62 menit 39 detik. Bagaimana miris
bukan?
Artikel ini saya tulis karena memang saya adalah penggemar sepak bola. Saya juga merasa jengkel dengan para pemain yang sering melakukan diving, dan membuat pertandingan sepak bola tak lagi sportif dan
indah untuk saksikan.
Meskipun awalnya saya menganggap sepak bola adalah olahraga gentleman, namun banyaknya aksi diving juga membuat saya berpikiran bahwa sepak bola adalah olahraga yang kotor. Belum lagi di sepak bola juga marak pengaturan skor.